CILACAP – Lembaga Penyiaran Publik Lokal – LPPL dalam hal ini radio merupakan media penyampai informasi yang efektif. Melalui radio Informasi akan cepat tersampaikan ke masyarakat, apalagi dalam kondisi pandemi seperti saat ini, masyarakat sangat butuh informasi yang akurat di tengah santernya informasi hoax yang menyesatkan. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum, saat membuka dialog publik bertajuk Peran Radio sebagai Media Informasi dan Hiburan di Era Pandemi, yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah secara daring, Senin (30/8/2021).
Lebih lanjut , Riena mengajak seluruh LPPL di Jawa Tengah untuk dapat terus menerus menginformasikan serta menyosialisasikan protokol Kesehatan kepada masayarakat luas, guna mencegah penularan Covid-19.
Sementara Wakil Sekretaris Jendral- Wasekjen Persatuan Radio dan TV Publik Seluruh Indonesia (INDONESIA PERSADA) Rita Triana saat tampil menjadi Narasumber menyatakan, di tengah disrupsi informasi dan pandemi Covid-19, Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) harus menjadi oase bagi warga di tengah disrupsi informasi, khususnya saat pandemi Covid-19. Mereka diharapkan hadir dan memberi semangat optimisme kepada masyarakat.
Rita menambahkan, LPPL lahir di bentuk oleh Pemda bersama DPRD merupakan keunggulan, yang tidak didapat oleh lembaga penyiaran swasta. Karenanya, di tengah pandemi seperti ini, LPPL harus hadir dan memberi optimisme. Hal itu dapat diwujudkan dengan pemberian informasi langsung dari sumber pertama di pemerintahan. Selain itu, umpan balik dari masyarakat mutlak disertakan, sebagai respon dari kebijakan pemerintah yang digaungkan oleh LPPL.“Kita bisa mengembangkan development journalism, yakni jurnalisme yang memberi penyejuk, sebagai rujukan informasi dan bangkitkan optimisme di tengah banjir informasi,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut Rita menegaskan, bahwa LPPL bukan tidak boleh menyampaikan kritik. Menurutnya, kritik penting sebagai evaluasi keefektifan dari program pemerintah. “Kita bisa menyampaikan kritik dengan kemasan berbeda. Kritik bisa disampaikan secara santun. Semisal kita menyampaikan SOP pada dinas-dinas, lalu kita buka suara dari masyarakat mana yang puas dan mana yang belum puas,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Manager Produksi Suara Surabaya Eddy Prasetyo menurutnya, suara publik adalah bentuk dari pemberdayaan warga. Di Suara Surabaya, dalam menyampaikan kritik tidak secara frontal. Kita mengajak semua pihak mencapai solusi tapi tidak dengan sakit hati.
Untuk mencapai hal tersebut, Pihaknya memanfaatkan bidang riset dan pengembangan (research and development). Itu dicapai dengan menggandeng analis media swasta, maupun memanfaatkan tim riset dari internal Suara Surabaya. Dari riset tersebut, banyak dihasilkan acara yang menjaring lebih banyak pendengar. Selain itu, akan diketahui pula segmentasi pendengar radio tersebut. Di era digital, Suara Surabaya pun memanfaatkan media sosial.
Edy menambahkan, di radio suara Surabaya mempunyai program yang disiarkan secara hybrid.Baik itu siaran terestrial atau menggunakan kanal media sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram bahkan Tik Tok. Hasilnya, dapat menjaring pendengar lebih luas, tidak hanya dari siaran terestrial maupun medsos saja.(rin).