MIKiR Buat Siswa dan Orangtua Semangat Belajar dari Rumah

Jakarta – Belajar dari rumah ternyata bisa membuat siswa dan orangtua bersemangat belajar. Yang terpenting, pembelajarannya harus dirancang menantang, mendorong kolaborasi anak dan orangtua, serta bermakna.

Praktik baik tersebut diulas dalam webinar guru berbagi yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Tanoto Foundation dengan topik Belajar Bermakna dari Rumah dengan MIKiR, Selasa, (5/5/2020).

Webinar ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Krista Adayu, guru kelas VI SDN Gumilir 06, Cilacap, Jawa Tengah dan Ujang Sukandi Kepala Pembelajaran Program PINTAR Tanoto Foundation.

Diajak Berpraktik
Krista Adayu langsung mengajak peserta bersimulasi menjadi siswa untuk merasakan penerapan MIKiR dalam pembelajaran melalui live streaming youtube. Mereka melakukan percobaan menemukan campuran homogen dan campuran heterogen.

Peserta diminta mencampur gula dengan air, dan bubuk kopi dengan air, lalu mengamati proses yang terjadi dalam kedua campuran tersebut. Setelah berdiskusi ciri-ciri yang terjadi pada kedua campuran tersebut, peserta yang berperan sebagai siswa bisa menemukan konsep campuran homogen dan heterogen. Tanpa harus diceramahi oleh guru.

Ketika saya mengajar dengan penugasan yang menarik dan menantang, ternyata siswa dan orangtua merasa senang berkolaborasi. Misalnya siswa diminta menjadi bendahara di rumah untuk membuat perencanaan belanja dengan uang Rp.500 ribu untuk 2 minggu. Anak dan orangtua bekerja sama membuat perencanaan kebutuhan belanja di rumah. Mereka jadi menunggu kegiatan pembelajaran berikutnya,” kata Krista.

Krista juga membagikan ragam pengalaman menariknya belajar dari rumah yang memanfaatkan aplikasi WA, Zoom, dan Live Streaming di YouTube. Ia juga memberi tips agar guru bisa mendapatkan dukungan orangtua dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

“Kita harus melibatkan orangtua dalam perencanaan pembelajaran. Lakukan pendekatan kepada orangtua agar mereka mau mendukung kebutuhan anaknya dalam pembelajaran. Orangtua juga jangan dibebani. Sesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan alat dan bahan pembelajaran di rumah. Yang terpenting pembelajarannya harus bermakna,” kata Krista lagi.

Memberi Pengalaman Belajar Bermakna
Menurut Ujang Sukandi, pada saat belajar tatap muka di sekolah ataupun saat belajar dari rumah, guru harus memberi pengalaman belajar yang bermakna untuk siswa.

“Salah satu caranya dengan menerapkan pembelajaran aktif dengan unsur-unsur Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi atau disingkat dengan MIKiR,” kata Ujang.

Pada kegiatan mengalami, menurut Ujang, guru bisa mengajak siswa melakukan kegiatan (doing) seperti melakukan percobaan atau berpraktik, dan atau mengamati (observing), contohnya: Siswa melakukan percobaan menguji kandungan amilum yang ada pada bahan makanan di rumah atau praktik membuat hand sanitizer alami dengan alat bahan yang tersedia di rumah.

Bisa juga ditugaskan mengamati susunan tulang berbagai daun, melihat tayangan video di youtube atau televisi, lalu dibahas bersama. Atau melakukan wawancara kepada orangtua atau orang terdekatnya tentang cara mencegah penularan Covid-19.

Menurut Ujang cara paling ampuh menstimulasi kegiatan Mengalami adalah dengan memberi tugas lewat pertanyaan-pertanyaan produktif, imajinatif, dan terbuka. Selain itu, Ujang juga menyebut pendidikan karakter secara integratif dikembangkan melalui penerapan MIKiR.

“Misalnya, melalui mengalami siswa dilatih tangguh menyelesaikan masalah, bertanggung jawab, jujur, dan percaya diri saat mengungkapkan gagasan dan mengomunikasikan hasil karyanya,” jelas Ujang.

Masih menurut Ujang, jarak fisik juga bukan membatasi interaksi belajar. Guru bisa gunakan banyak fitur teknologi digital untuk memfasilitasi siwa saling bertukar gagasan selama proses belajar.

Komunikasi atau ungkap gagasan dan pengalaman selama proses pembelajaran, juga merupakan bagian penting yang harus difasilitasi guru untuk melatih ‘penataan’ pikiran bagi siswa.

Diskusi dan tagihan hasil karya siswa seperti laporan pengamatan, percobaan, wawancara, puisi, gambar atau poster yang dikumpulkan dalam bentuk suara, foto, dan video, merupakan bentuk komunikasi yang dapat dikembangkan.

“Guru dan siswa juga dapat memanfaatkan media sosial untuk menerbitkan hasil karya. Nantinya, siswa diajak berkomentar pada unggahan karya teman mereka. Cara itu dapat melatih siswa untuk percaya diri dalam berkarya,” jelas Ujang.

Dalam beberapa jam, video webinar ini telah menarik perhatian lebih dari 2.000 penonton. Mereka merasa terinspirasi dengan pengalaman memfasilitasi belajar dari rumah yang dibagikan oleh Krista Adayu dan Ujang Sukandi.

Bagi yang belum melihat webinar tersebut, silakan mengikuti tautan berikut: 
https://www.youtube.com/watch?v=ZuokqyAgbIA.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *